Jumat, 29 Oktober 2010

Tugas Psikologi Kelompok

Anggota :
1. Ali Zaenal                (10506012)
2. Danang Kunto Aji    (10506050)
3. Erdanu                     (10506252)
4. Inna Kristianti           (10506112)
5. Muammar Randy      (10506153)

Konflik Kelompok
Definisi Konflik :
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah: Conflict is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another, yang kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Dalam penelitian jurnal pertama yang berjudul Konflik Kinerja Tim Virtual Global adalah keadaan di mana konflik mempengaruhi kinerja tim dalam meningkatkan globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi yang munculnya tim virtual global (GVT). GVT dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, komunikasi log, dan dokumen. Selain itu, Besar volume komunikasi elektronik seperti anggota GVT biasanya datang dari berbagai benua atau negara, berinteraksi melalui berbagai bentuk teknologi komunikasi, dan jarang atau tidak pernah melihat satu sama lain secara pribadi. Adanya hubungan antara konflik tugas dan kinerja tim mungkin bergantung dalam kompleksitivitas tugas dan pendekatan resolusi konflik. Pentingnya pengelolaan konflik di virtual mencapai hasil tim yang efektif telah ditekankan. Dengan demikian, GVT bisa mendapatkan keuntungan dari lebih baik pemahaman factor yang memicu konflik serta memungkinkan dampak konflik dalam tim kinerja (Menurut Wijono, 1993, 38-41 akibat penyelesaian konflik).
Dalam penelitian jurnal kedua yang berjudul Resolusi Konflik Dalam Pengambilan Keputusan Tim Studi Longitudial adalah penelitian dokumen proses kelompok dan kinerja perubahan tugas. Pengambilan keputusan / resolusi konflik termasuk studi longitudinal yang relatif sedikit maka perlu mengkaji penggunaan kompromi (strategi resolusi konflik yang menghasilkan kinerja sub-optimal pada tugas. Konflik ini siapa yang benar dan siapa yang salah bisa salah untuk hubungan konflik ketika kelompok-kelompok yang baru dan kepercayaan rendah (Simons & Peterson, 1998). Pada awal kehidupan kelompok ada kekhawatiran yang cukup besar untuk membangun reputasi satu menciptakan hubungan dengan orang lain. konflik interpersonal kemungkinan akan menghambat pembangunan hubungan interpersonal yang positif. Bersikeras bahwa jawaban benar, hanya untuk menemukan jawabannya salah, sering merusak reputasi anggota dalam kelompok. Kurang berisiko untuk meninggalkan masalah yang jawabannya benar terpecahkan dan berpendapat lebih dari cara untuk membagi jawaban. Ini mungkin karena butuh waktu untuk kelompok-kelompok untuk membangun kohesi kepercayaan, dan mengembangkan efektif strategi untuk penyelesaian konflik. Walaupun ada bukti yang cukup untuk bagaimana menggabungkan masing-masing kelompok jawaban untuk membentuk grup jawaban nol sejarah ad hoc kelompok (misalnya, Davis, 1973; Laughlin,1988) mekanisme bisa berubah ketika kelompok diperiksa longitudinal.
Dalam penelitian jurnal ketiga yang berjudul Pengaruh Diskriminasi Agama on-Agama Protes Etno dan Pemberontakan bahwa mengenai konflik etno-religius ada dua aliran pemikiran yang berpendapat bahwa studi agama dan konflik adalah "epiphenomenal," atau tidak relevan. Modernisasi / sekolah sekularisasi berpendapat bahwa proses modernisasi ekonomi dan politik yang menyebabkan kematian faktor primordial seperti etnis dan agama. Mereka yang menentang ini tubuh teori berpendapat bahwa agama dan etnis tidak pernah berhenti menjadi faktor penting, mengutip banyak contoh konflik etnis dan agama saat ini sebagai bukti. Mereka lebih berpendapat bahwa proses modernisasi telah benar-benar meningkatkan tingkat konflik etnis dan agama dan bahwa Perang Dingin telah dihapus hambatan sistemik di atasnya. Sekolah fungsionalisme dari berpendapat berpikir bahwa hubungan dirasakan antara agama dan konflik adalah ilusi, bukan sosial dasar mempengaruhi yang memaksa masyarakat. Sebaliknya agama, agama bertindak sebagai depan untuk yang lain, lebih kekuatan. sosial dasar itu sendiri Sedangkan mereka yang menentang fungsionalisme tidak menyangkal hal ini, mereka berpendapat bahwa bahkan setelah mengendalikan kekuatan-kekuatan sosial lainnya, agama masih memiliki pengaruh independen. Minoritas dalam masyarakat demokratis jauh lebih mungkin untuk terlibat dalam protes bukan pemberontak Hal ini didasarkan pada dua faktor: pertama, kehadiran dan kekuatan politik pembatasan terhadap kebebasan berekspresi, pergerakan bebas, tempat tinggal, hak dalam proses peradilan, organisasi politik, pembatasan suara, rekrutmen ke polisi atau militer, akses ke layanan sipil dan pencapaian jabatan tinggi agama. Menurut Wijono ( 1993 : 37) Ciri-ciri Konflik.
Dalam penelitian jurnal keempat yang berjudul Konflik Perempuan Pengelola Utama Hutan Kemasyarakatan bahwa perempuan belum banyak terlibat dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan pengelolaan hutan. Hutan kemasyarakatan itu sendiri adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya untuk memberdayakan masyarakat. Menurutnya perempuan dan laki-laki karena keduanya terlibat dalam pemanfaatan hutan. Perempuan tidak banyak terlibat sehingga perempuan kurang terakomodasi dan kurang efektif karena kurangnya kapasitas kepemimpinan dan kemampuan mengorganisasi diri di samping hambatan-hambatan budaya. Di sisi lain, perempuan juga menjadi pihak yang paling banyak menjadi korban konflik, misalnya dalam pengusiran Hal ini sangat disayangkan mengingat sebenarnya perempuanlah yang menempati porsi terbesar dalam proses pemanfaatan hutan, “Perempuan yang pergi ke ladang setiap hari, sementara laki-laki hanya terlibat pada proses awal saja untuk membersihkan ladang.”.











DAFTAR PUSTAKA
Wirawan, Sarlito. 1997. Psikologi Sosial : Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Universita Indonesia: Jakarta
Departemen Pertanian. 1986. Penyuluhan Pertanian, Kedudukan dan Perannya. Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.
http://www.jurnalperempuan.com/index.php/jpo/comments/perempuan_pengelola_utama_hutan_kema http://bahankuliah.blogsome.com/2010/06/24/manajemen-konflik-definisi-ciri-sumber-dampak-dan-strategi-mengatasi-konflik/syarakatan/
Amason, AC 1996. Membedakan dampak konflik fungsional dan disfungsional di pengambilan keputusan strategis: Menyelesaikan sebuah paradoks untuk tim manajemen puncak. Academy of Akademi Management Journal, 39(1), 123-148. Management Journal, 39 (1), 123-148
Fox Jonathan, 2000. Pengaruh Diskriminasi Agama on-Agama Protes Etno dan Pemberontakan. The Journal Of Conflict Studies. Israel

Jumat, 15 Oktober 2010

Teknik pemasaran dari satu produk tertentu dalam peluncuran yang memperhatikan kebutuhan pasar.

Banyak faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli barang atau jasa. Teori yang mempelajari tentang berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli barang atau jasa disebut sebagai model perilaku konsumen (Sudarmiatin, 2009). Terdapat banyak model perilaku konsumen, salah satunya adalah model perilaku konsumen dari Assael (Sudarmiatin, 2009). Menurut Assael, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membuat suatu keputusan pembelian, yaitu konsumen individu, lingkungan, dan penerapan strategi pemasaran.
Faktor pertama, yaitu konsumen individual yang artinya bahwa pilihan untuk membeli barang/jasa dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen seperti kebutuhan, persepsi, sikap, kondisi geografis, gaya hidup dan karakteristik kepribadian individu. Pendidikan dan penghasilan konsumen juga turut mendapat andil dalam pembuatan keputusan konsumen untuk membeli barang/jasa pada faktor yang pertama ini. Pendidikan secara langsung berkaitan dengan kemampuan membeli karena terdapat korelasi yang kuat antara pendidikan dan pendapatan. (Muryani, Hartini, & Tedjakusuma, 2001).
Contoh dari faktor pertama ini misalnya, Mumun pergi ke salon “poles sana-poles sini” untuk memotong rambutnya karena sudah terlalu panjang. Ia tidak menyukai rambut panjang karena baginya rambut panjang memiliki biaya perawatan yang lebih banyak. Sementara itu, dikarenakan Mumun bekerja sebagai seorang wartawan dan reporter dan tinggal di daerah tropis, rambut yang panjang akan sangat merepotkannya. Dalam contoh tersebut digambarkan bahwa Mumun pergi ke salon dengan alasan kebutuhan. Mumun juga memiliki pandangan atau sikap bahwa rambut panjang memiliki biaya perawatan yang mahal. Hal tersebut dikarenakan profesi Mumun sebagai wartawan dan reporter menuntutnya untuk hampir selalu bekerja diluar ruangan yang penuh dengan polusi. Itu menandakan bahwa Mumun harus sering-sering merawat rambutnya untuk menunjang penampilannya ketika ia melaporkan siaran langsung. Mumun tidak mungkin tampil di depan kamera dengan rambut yang berantakan dan tidak terawat, karena hal tersebut tidak akan enak untuk dilihat oleh para pemirsanya.
Untuk masalah persepsi, bagaimana persepsinya terhadap barang/jasa tersebut? Positifkah? Atau negatifkah? Bila seseorang memiliki persepsi yang positif dengan barang/jasa, ia tentu akan kembali mengkonsumsinya. Menurut Hawkins (dalam Sudarmiatin, 2009) persepsi adalah model proses informasi yang berguna yang mempunyai empat langkah yaitu exposure, perhatian, interpretasi, dan ingatan. Persepsi berkaitan dengan memori. Bila seseorang merasa puas dengan produk yang dikonsumsinya, hal itu bukan hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi kepuasan ini juga akan berdampak positip bagi produsen. Konsumen yang puas akan membeli dan mengkonsumsi lagi produk yang pernah dibelinya. Bagi produsen tindakan konsumen tersebut akan menaikkan omzet penjualan dan perusahaan tentu akan meningkatkan jumlah produksinya untuk meraih keuntungan yang lebih besar.
Faktor kedua, yaitu lingkungan artinya bahwa pilihan konsumen terhadap barang/jasa dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya. Ketika konsumen membeli barang/jasa mereka didasari oleh banyak pertimbangan misalnya karena meniru temannya, karena tetangganya telah membeli lebih dulu, dan sebagainya. Dengan demikian, interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang akan turut mempengaruhi pilihan produk yang akan dibeli.
Faktor ketiga, yaitu penerapan strategi pemasaran yang merupakan stimuli pemasaran yang dikendalikan oleh pemasar/pelaku bisnis. Dalam hal ini pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli pemasaran seperti iklan, dan sejenisnya agar konsumen bersedia memilih produk yang ditawarkan. Strategi pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar biasanya berhubungan dengan produk yang ditawarkan, harga jual produknya, strategi pemasaran yang dilakukan dan dan bagaimana pemasar melakukan distribusi produk kepada konsumen. Pemasar perlu memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan membeli, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya. Dengan demikian pemasar yang memahami perilaku konsumen akan mampu mempengaruhi konsumen dalam memilih produk dan merk yang akan dibeli.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Muryani, Hartini, dan Tedjakusuma (2001), perilaku konsumen dalam pembelian air minun mineral dipengaruhi secara bersama-sama dan bermakna oleh faktor pendidikan dan penghasilan (faktor pertama), harga, kualitas, layanan dan promosi (faktor ketiga).Sedangkan menurut Hawkins (Sudarmiatin, 2009), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli yaitu faktor internal, dan faktor eksternal. Faktor internal ini dapat dirinci lagi dalam persepsi, belajar, motivasi, sikap, emosi, ingatan, dan personality. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen terdiri dari kebudayaan, demographics, kelas sosial, subkultur, keluarga, referensi kelompok, aktivitas marketing, pelayanan, fasilitas, dan promosi.


Sumber:
• Muryani., Hartini, S., & Tedjakusuma, R. (2001). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral di kotamadya Surabaya. Jurnal Penelitian Dinamika Sosial, 2, 48-58.
• Sudarmiatin. (2009). Model perilaku konsumen dalam perspektif teori dan empiris pada jasa pariwisata. Jurnal Ekonomi Bisnis, 1, 1-11.

Kamis, 07 Oktober 2010

Tugas Psikologi Kelompok


Kelompok Anak Vespa

ASAL MULA
Sejarah vespa dimulai lebih dari seabad silam, tepatnya 1884. Perusahaan Piaggio didirikan di Genoa, Italia pada tahun 1884 oleh Rinaldo Piaggio. Bisnis Rinaldo dimulai peralatan kapal. Tapi di akhir abad, Piaggio juga memproduksi Rel Kereta, Gerbong Kereta, body Truck, Mesin dan Kereta api. Pada Perang Dunia I, perusahaannya memproduksi Pesawat Terbang dan Kapal Laut. Pada tahun 1917 Piaggio membeli pabrik baru di Pisa dan 4 tahun kemudian Rinaldo mengambil alih sebuah pabrik kecil di Pontedera di daerah Tuscany Italia. Pabrik di Pontedera inilah yang mana menjadi Pusat produksi pesawat terbang beserta komponen-komponennya (baling-baling, Mesin dan Pesawat) Selama Perang Dunia II, pabrik di Pontedera membuat P108 untuk mesin Pesawat dua penumpang dan Versi Pembom.

Lahir Kembali
Pada akhir Perang Dunia II, pabrik Piaggio dibom oleh pesawat sekutu. Setelah perang usai, Enrico Piaggio mengambil alih Piaggio dari ayahnya (Rinaldo Piaggio). Pada saat itu perekonomian Italia sedang memburuk, Enrico memutuskan untuk mendisain alat transportasi yang murah. Enrico memutuskan untuk fokuskan perhatian perusahaannya pada masalah personal Mobility yg dibutuhkan masyarakat Italia. Kemudian bergabunglah Corradino D’Ascanio, Insinyur bidang penerbangan yang berbakat yang merancang, mengkonsep dan menerbangkan Helikopter Modern Pertamanya Piaggio. D’Ascanio membuat rancangan yang simple,ekonomis, nyaman dan juga elegan. D’Ascanio memimpikan sebuah revolusi kendaraan baru. Dengan mengambil gambaran dari tehnologi pesawat terbang, dia membayangkan sebuah kendaraan yang dibangun dengan sebuah “Monocoque” atau Unibody Steel Chassis. Garpu depan seperti Ban mendarat sebuah pesawat yang mana mudah untuk penggantian ban. Hasilnya sebuah design yg terinspirasi dari pesawat yang yang sampai saat ini berbeda dengan kendaraan yang lain. Maka pada 1945, konstruksi alternatif tersebut ditemukan. Awalnya memang sebuah konsep sepeda motor berkerangka besi dengan lekuk membulat bagai terowong. Mengejutkan, ternyata bagian staternya dirancang dengan menggunakan komponen bom dan rodanya diambil dari roda pesawat tempur. Guna mengoptimalkan bentuk dan keamanan penggunanya, pabrikan yang kala itu masih terbilang sebagai usaha ''kaki lima'' merancang papan penutup kaki pada bagian depan. Proyek ini langsung dipimpin oleh Corradino d'Ascanio. Karena itu, hak paten pun segera dapat mereka kantongi. Hasilnya, muncullah pertama kali produk motor dengan seri MP5. Kendaraan ini berteknologi sederhana tetapi punya bentuk yang amat menarik, bagai binatang penyengat (lebah/tawon) karena bentuk kerangkanya. Namun, karena bentuk penutup pengaman yang bagai papan selancar itu, sejumlah pekerja di pabrik Piaggio pun bahkan mengatakannya sebagai motor Paperino. Harap diingat, Paperino adalah sindiran sinis untuk tokoh Donald Duck (bebek). Maka, d'Ascanio pun putar akal untuk memperbaiki model tersebut.

D’ascanio hanya membutuhkan beberapa hari untuk mengonsep ulang bentuk desain kendaraannya dan prototipnya diberi nama MP6. Saat Enrico Piaggio melihat protototip MP6 itu, ia secara tak sengaja berseru “Sambra Una Vespa” (terlihat seperti Tawon). Akhirnya dari seruan tak sengaja itu, diputuskan kendaraan ini dinamakan ‘Vespa’ (tawon dalam bahasa Indonesia). Pada April 1946, prototip MP6 ini mulai diproduksi masal di pabrik Piaggio di Pontedera, Italia. Pada Akhir 1949, telah di produksi 35000 unit dan dalam 10 tahun telah memproduksi 1 Juta unit dan pada pertengahan tahun 1950. Selama tahun 1960-an dan 1970-an Vespa menjadi simbol dari revolusi gagasan pada waktu itu. Perkembangan selanjutnya, produk ini ternyata laris diserap pasar Prancis, Inggris, Belgia, Spanyol, Brazil, dan India -- selain di pasar domestik produk ini laku bagai kacang goreng. Selain itu, India pun memproduksi jenis dan bentuk yang sama dengan mengambil mesin Bajaj. Jenisnya adalah Bajaj Deluxe dan Bajaj Super. Sejumlah pihak lantas mengajukan lamaran untuk joint membuat Vespa. Maka pada 1950 munculah Vespa 125 cc buatan Jerman. Pada saat itu banyak negara lain yang mencoba membuat produk serupa, tetapi ternyata mereka tak sedikit pun mampu menyaingi Piaggio. Di antara pesaing itu adalah Lambretta, Heinkel, Zundapp, dan NSU. Bagi masyarakat Indonesia, produk Lambretta dan Zundapp, sempat populer di era 1960-an. Selidik punya selidik, fanatisme terhadap Vespa ternyata muncul akibat ciri dasar bentuk motor ini yang selalu dipertahankan pada setiap produk berikutnya. Bahkan saat mereka terbilang melakukan ''revolusi'' bentuk pada produk baru, Vespa 150 GS, kekhasan pantat bahenol masih terasa melekat.
Produk 150 GS -- kala itu dikenal sebagai Vespamore dan hampir selalu tampil di tiap film tahun 1960-an -- memang kemudi dan lampu sorotnya mulai dibuat menyatu. Tetapi, secara keseluruhan apalagi bentuk pantatnya, benar-benar masih membulat. Dan cerita terus berlanjut saat ini dengan model generasi baru Vespa, mempersembahkan Vespa ET2, Vespa ET4, Vespa Granturismo dan Vespa PX150. Vespa bukan hanya sekedar Scooter tapi salah satu Icon besar orang Italia.

Sejarah Vespa di Indonesia
“Demam Vespa” di tanah air sangat di pengaruhi oleh “Vespa Congo”. Vespa diberikan sebagai Penghargaan oleh Pemerintah Indonesia terhadap Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Congo saat itu.
Menurut beberapa narasumber, setelah banyak Vespa Congo berkeliaran di jalanan, mulailah Vespa menjadi salah satu pilihan kendaraan roda dua di Indonesia. Importir lokal turut mendukung perkembangan Vespa di tanah air.

Sampai saat ini sudah puluhan varian Vespa yang mampir di Indonesia. Dari yang paling tua hingga yang paling baru ada di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia mungkin masih bisa disebut sebagai surganya Vespa. Maraknya ekspor Vespa, sedikit banyak mengurangi populasi Vespa di Indonesia.

Keunikan Lainnya
Ada juga istilah yang timbul bagi sejumlah kalangan anak vespa yaitu
Mod itu adalah kependekan dari modernist. Sejarahnya adalah tahun 60-an di Inggris sana ada komunitas pekerja anak muda yang menggunakan vespa sebagai kendaraannya, Mereka disebut "mods". Mods ini adalah pecahan dari geng "teddy boys" setelah tedy boys pecah,mereka terbagi dua yang satu adalah ton up boys dan satunya mods.
Ton Up Boys memilih untuk anti terhadap kemapanan,jaket jeans atau jaket kulit dan celana jeans ada pakaian yang dipilih dan memilih motor tua seperti norton,bsa,dll. Mereka lebih biasa dipanggil "Rocker"
Coffe Bar Cats atau biasa disebut "Mods" memilih untuk lebih "necis" dan narsis,dengan baju-baju design seperti ben sherman dan baju-baju dari italia .nggak pernah ketinggalan jaket perang dunia Fishtail parkas.
Mods dan Rocker nggak pernah akur, tingkat kekerasan di Inggris meningkat karena sering terjadinya baku hantam di jalanan.

Mengenai kendaran yang disebut mod.. ada dua versi cerita:
1.Mods adalah sekumpulan orang-orang yang selalu mencari perhatian..mereka selalu ingin diperhatikan oleh orang pada saat gerombolannya lewat, karena itu mereka sengaja memasang lampu,spion,klaxon,dop,patung,dan pacth yang banyak untuk mencari perhatian.
2.Tahun 60-an polisi di Inggris memberlakukan peraturan pemakaian spion minimal satu di setiap motor, mods memakai banyak spion sebagai wujud protes dan sedikit "ngeledek" aparat keamanan..

Perilaku Konsumen

 
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.

Perilaku konsumen terkait dengan strategi pemasaran, di mana pemasaran harus mampu menyusun kriteria pembentukan segmen konsumen, kemudian melakukan pengelompokan dan menyusun profil dari konsumen tersebut. Kemudian, pemasar memilih salah satu segmen untuk dijadikan pasar sasaran. Dan setelah itu, pemasar menyusun dan mengimplementasikan strategi bauran pemasaran yang tepat untuk segmen tersebut.
Mengenal istilah antara Konsumen, Konsumsi, Konsumtif, Konsumerisme.

Konsumsi ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.

Perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.

Konsumtif adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam artian luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.

Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli

Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Keputusan membeli pada dasarnya berkaitan dengan “mengapa” dan “bagaimana” tingkah laku konsumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli:
a. Kebudayaan
Kebudayaan ini sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.
b. Kelas sosial
Pembagian masyarakat ke dalam golongan/ kelompok berdasarkan pertimbangan tertentu, misal tingkat pendapatan, macam perumahan, dan lokasi tempat tinggal
c. Kelompok referensi kecil
Kelompok ‘kecil’ di sekitar individu yang menjadi rujukan bagaimana seseorang harus bersikap dan bertingkah laku, termasuk dalam tingkah laku pembelian, misal kelompok keagamaan, kelompok kerja, kelompok pertemanan, dll
d. Keluarga
lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang menyangkut:
-Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
-Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.
-Siapa yang melakukan pembelian.
-Siapa pemakai produknya.
e. Pengalaman
Berbagai informasi sebelumnya yang diperoleh seseorang yang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya
f. Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk beringkah laku
g. Sikap dan kepercayaan
Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten. Kepercayaan adalah keyakinan seseorang terhadap nilai-nilai tertentu yang akan mempengaruhi perilakunya
h. Konsep diri
Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain.


Macam-Macam Situasi Pembelian
Jumlah dan kompleksitas kegiatan konsumen dalam pembeliannya dapat berbeda-beda. Menurut Howard, pembelian konsumen dapat ditinjau sebagai kegiatan penyelesaian suatu masalah, dan terdapat tiga macam situasi:
1. Perilaku Responsi Rutin
Jenis perilaku pembelian yang paling sederhana terdapat dalam suatu pembelian yang berharga murah dan sering dilakukan. Dalam hal ini pembeli sudah memahami merk-mek beserta atributnya.
2. Penyelesaian Masalah Terbatas
Pembelian yang lebih kompleks dimana pemeli tidak mengetahui sebuah merk tertentu dalam suatu jenis produk yang disukai sehingga membutuhkan informasi lebih banyak lagi sebelum memutuskan untuk membeli
3. Penyelesaian Masalah Ekstensif
Pembelian yang sangat kompleks yaitu ketika pembeli menjumpai jenis produk yang kurang dipahami dan tidak mengetahui kriteria penggunaannya

Struktur Keputusan Membeli
Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur yang mencakup beberapa komponen:
1. Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah radio atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli radio serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.
2. Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk radio tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu suara, corak dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat memaksimalkan daya tarik merknya.
3. Keputusan tentang merk
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merk mana yang akan dibeli. Setiap merk memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merk.
4. Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus mengambil keputusan di mana radio tersebut akan dibeli, apakah pada toko serba ada, toko alat-alat listrik, toko khusus radio, atau toko lain. Dalam hal ini, produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.
5. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyak produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.
6. Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli radio. Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan demikian perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.
7. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli terhadap cara pembayarannya.



Istilah lain dari suatu Harga dalam dunia pemasaran,
pernahkah anda mendengar istilah Harga Psikologis?...
mungkin kita hanya sering mendengar suatu produk dengan istilah Harga Ekonimis, tapi apakah anda tau tentang suatu barang dengan istilah Harga Psikologis, karena istilah tersebut tidak jauh berbeda.
Harga Psikologis dapat dikatakan bahwa Dimana suatu barang / jasa mempunyai selisih yang tidak begitu jauh antara barang / jasa yang satu dengan yang lain dengan Merk / jenis yang sama serta KUALITAS yg sama.
misalnya barang yang dijual pada Toko X dengan harga Rp. 1550, dan pada Toko Y dengan harga Rp. 1530, dengan selisih Rp. 20 itu saat seseorang membeli barang di Toko Yang (lebih murah) bisa membuat seseorang merasakan kepuasan, kesenangan secara psikologis, walaupun selisih tersebut hanya sedikit, karena biasa seorang seperti ibu rumah tangga, akan membeli barang yang lebih murah agar dapat menghemat uang belanja (dengan KUALITAS yang sama), apalagi pada saat ini banyak sekali persaingan dalam dunia perdagangan, banyak market yang menjual barang mereka dengan harga sedikit lebih murah dari pesaingnya.